Di ujung selatan Bandung, kabut pagi
sering turun di Ciwidey. Hamparan kebun teh hijau berlapis-lapis menyambut
wisatawan, sementara petani di sawah bergegas menanam padi. Dari wisata alam,
pertanian, hingga potensi tambang, Kabupaten Bandung punya segalanya. Tak
heran, wilayah ini menjadi rebutan banyak kepentingan.
Dengan penduduk lebih dari 3,7 juta
jiwa, Kabupaten Bandung adalah salah satu daerah terpadat di Jawa Barat. Sebagai
penyangga Kota Bandung, wilayah ini menjadi lokasi strategis untuk pembangunan
perumahan, kawasan industri, maupun proyek infrastruktur berskala nasional.
Namun, di sisi lain, ia juga menyimpan peran vital sebagai lumbung pangan bagi
Jawa Barat.
Dilema pun muncul. Lahan sawah yang
mestinya dipertahankan sebagai sumber pangan berkelanjutan (LP2B) kini semakin
terdesak. Dalam lima tahun terakhir, alih fungsi sawah di Kabupaten Bandung
diperkirakan telah menyebabkan hilangnya potensi produksi pangan senilai
Rp210,8 miliar per tahun.
Bupati Bandung menyebut kondisi ini
sebagai “PSN versus PSN”. “Di satu sisi sawah ditetapkan sebagai lahan pangan
berkelanjutan, tapi di sisi lain lahan yang sama juga dibutuhkan untuk
perumahan, infrastruktur publik, bahkan proyek strategis nasional. Kami mohon
bantuan Stranas PK untuk mencari solusi agar kedua kepentingan besar ini bisa
berjalan seimbang,” ujarnya dalam pertemuan bersama Tim Stranas PK.