Replikasi SIMBARA di Sektor Kelautan:
LNSW Jadi Integrator Antar-Kementerian
Upaya ini sejatinya merupakan replikasi dari SIMBARA
(Sistem Informasi Mineral dan Batubara) yang juga didorong Stranas PK
melalui aksi penguatan PNBP, yang telah terbukti efektif meningkatkan PNBP
sektor tambang. Di sektor perikanan, pendekatan serupa sedang dibangun untuk
memastikan bahwa setiap ikan yang diekspor telah menyelesaikan kewajiban
PNBP-nya dengan tertib, transparan, dan terdokumentasi.
Sebagaimana dalam SIMBARA, Lembaga National Single
Window (LNSW) berperan sebagai integrator sistem antar-K/L, menghubungkan data
dari KKP, Badan Karantina Indonesia (Barantin), dan Ditjen Anggaran Kemenkeu.
LNSW telah menyiapkan infrastruktur layanan digital yang memungkinkan alur data
lintas institusi berjalan secara interoperabel dan real time.
Namun,
tantangan masih ada. Salah satunya adalah belum optimalnya aliran data dari
sistem Barantin ke platform LNSW yang telah siap.
Profiling
Pelaku Usaha dan Kebijakan PNBP yang Adil
Selain integrasi sistem, langkah penting lain yang
sedang berjalan adalah kajian akademis
untuk melakukan profiling pelaku usaha dan kapal penangkap ikan.
Data ini akan menjadi basis dalam membedakan subjek PNBP antara pelaku usaha
besar dan perorangan.
Hal ini penting, karena dalam praktiknya, sejumlah
kebijakan PNBP di sektor lain kerap menuai kritik karena dianggap membebani
masyarakat kecil. Stranas PK menilai, tanpa kajian regulasi yang kuat,
inisiatif baik seperti ini bisa kehilangan dukungan publik.
“Kebijakan PNBP ini bukan hanya soal meningkatkan
penerimaan negara, tapi juga menyangkut keadilan. Kalau tidak dibedakan secara
jelas antara nelayan kecil dan pengusaha besar, risikonya kebijakan bisa salah
sasaran,” tegas Herda.
Ketelusuran untuk Cegah Korupsi dan
Naikkan Nilai Ekspor
Direktorat PNBP SDA Kementerian Keuangan menekankan
bahwa tata kelola sumber daya alam (SDA) yang bisa ditelusuri asal-usulnya akan
meningkatkan nilai ekspor dan mencegah praktik illegal fishing. Sistem
digital memungkinkan pemantauan sejak ikan ditangkap, diproses, hingga
diekspor, termasuk memastikan status pembayaran PNBP.
“Dengan ketelusuran yang kuat, produk perikanan kita
akan lebih dipercaya di pasar global. Kita bisa pastikan, ikan yang diekspor
sudah legal dan telah menyetor PNBP. Ini bukan hanya meningkatkan penerimaan
negara, tapi juga kredibilitas Indonesia di mata dunia,” ujar perwakilan
Kemenkeu.
PNBP Naik, Korupsi Turun, Nelayan
Kecil Tidak Terbebani
Stranas PK menegaskan bahwa digitalisasi pelabuhan
perikanan dan integrasi sistem seperti E-PIT DJPT, SIMPONI DJA, Pusdatin KKP,
dan SINSW bukan hanya soal teknologi. Ini adalah instrumen untuk menutup celah
korupsi, meningkatkan transparansi, dan memastikan bahwa negara menerima haknya
tanpa membebani rakyat kecil. “PNBP ini bisa menjadi kekuatan besar jika
dikelola dengan sistem yang adil dan transparan. Tapi kalau tidak dirancang
dengan hati-hati, bisa jadi sumber resistensi sosial. Itulah mengapa Stranas
hadir untuk memastikan desain kebijakan ini berpihak pada keadilan,” pungkas
Herda. Tindak lanjutnya, Kemenko Bidang Pangan akan menyelenggarakan pertemuan
teknis, dengan dukungan penuh dari Stranas PK, agar sinkronisasi sistem bisa
segera terwujud dan digunakan sebagai dasar tata kelola perikanan yang lebih
akuntabel.