Balikpapan, [13 Agustus 2025] – Institut Teknologi Kalimantan (ITK) menjadi tuan rumah
penayangan khusus (special screening) film “Nyanyi Sunyi Dalam Rantang” karya Garin Nugroho,
13 Agustus 2025. Diselenggarakan di salah satu pusat pendidikan tinggi teknik dan teknologi
terkemuka di Kalimantan Timur, acara ini membuka ruang refleksi lintas disiplin, membahas
bagaimana pencegahan korupsi tidak hanya menjadi domain ilmu hukum atau politik, tetapi juga
erat kaitannya dengan inovasi teknologi dan digitalisasi sistem pemerintahan.
Film ini disusun dari empat kasus nyata yang mencerminkan wajah hukum di Indonesia hari ini.
Kisah Puspa, tokoh utama yang diperankan oleh Della Dartyan, menggambarkan kompleksitas
konflik antara warga dan negara, ketika hukum tak lagi menjadi benteng kebenaran. Penonton
diajak menelusuri bagaimana kolusi kekuasaan dan korporasi, ketimpangan akses, serta
lemahnya tata kelola menghadirkan wajah korupsi yang sering tersembunyi dari sorotan publik.
Meski bukan kampus berbasis ilmu hukum, ITK memiliki peran penting dalam melahirkan
inovator yang mampu mengembangkan dan memperkuat ekosistem digitalisasi pencegahan
korupsi. Hampir seluruh Aksi Pencegahan Korupsi (Aksi PK) 2025–2026 yang dikoordinasikan
Stranas PK berbasis pada digitalisasi dan interkoneksi sistem, mulai dari pengembangan proses
bisnis lintas kementerian/lembaga, integrasi data, hingga aplikasi pengawasan sumber daya alam
seperti SIMBARA untuk sektor tambang, Sistem Nasional Neraca Komoditas (SINas NK) untuk
ekspor-impor, SPPPTI , e-BUMD, untuk transparansi pengelolaan badan usaha milik daerah.
Pemanfaatan teknologi dalam pencegahan korupsi memungkinkan pengawasan yang lebih
transparan, mengurangi celah penyalahgunaan wewenang, serta memperluas partisipasi publik.
Inilah titik temu antara misi Stranas PK dan kompetensi akademik ITK yang unggul di bidang
teknik informatika, sistem informasi, dan teknologi industri.
Acara ini juga diisi dengan diskusi terbuka usai pemutaran film, menghadirkan akademisi ITK,
praktisi teknologi, dan perwakilan Stranas PK. Mereka membedah bagaimana prinsip open data,
big data analytics, dan interoperability antarsistem dapat menjadi senjata ampuh melawan
korupsi sistemik.
ITK dan Peran Akademisi
Sebagai kampus yang berada di salah satu wilayah strategis pengelolaan sumber daya alam
Indonesia, ITK memiliki peluang besar untuk menjadi pusat pengembangan solusi teknologi yang
mendukung tata kelola bersih, transparan, dan akuntabel. Mahasiswa ITK punya peran langsung
dalam merancang dan mengimplementasikan sistem yang mempersempit ruang gerak korupsi.
Film produksi Stranas berbicara soal keberpihakan, dengan latar belakang teknologi, mahasiswa
ITK diharapkan bisa menempatkan diri sebagai pengawal keberpihakan itu dengan mendesain
sistem yang tidak memihak pada kekuasaan, tapi pada kebenaran dan rakyat. Teknologi adalah
tulang punggung pencegahan korupsi hari ini. Dari kampus seperti ITK, diharapkan bisa lahir para
perancang sistem yang akan menutup celah kebocoran dan membuka pintu transparansi seluasluasnya.
Penayangan di ITK Balikpapan ini merupakan bagian dari rangkaian roadshow nasional “Nyanyi
Sunyi Dalam Rantang” yang juga melibatkan kampus sebagai mitra kolaborasi. Sebelumnya telah
dimulai di Yogyakarta dengan UGM sebagai tuan rumah screening, kemudian Papua dengan
kampus UNCEN sebagai lokasi screening di kampus, dan akan berlanjut ke kota-kota strategis
pelaksana Aksi PK 2025–2026, yaitu Pekanbaru (Riau) dan diakhiri di Jakarta bertepatan dengan
Hakordia. Kegiatan ini terselenggara berkat dukungan penuh dari GIZ melalui program Kerja
Sama Indonesia–Jerman dalam Pencegahan Korupsi di Sektor Kehutanan (CPFS).
Film ini menegaskan bahwa pencegahan korupsi tidak hanya tentang regulasi, tetapi juga tentang
membangun kesadaran kolektif dan keberpihakan moral, serta di era digital, merancang sistem
yang memastikan kedua hal itu berjalan beriringan