Kusutnya Tanah Penghasil Nikel, Dari Sampah hingga Ijin Terminal Khusus Bermasalah

20 September 2023

Dalam hitungan hari, nikel , salah satu mineral penting negri ini akan masuk dalam sistem informasi mineral dan batubara (SIMBARA). Tujuannya tentu sinkronisasi data dari hulu ke hilir, sehingga tidak terjadi kebocoran penerimaan negara. Rapat Koordinasi telah dilakukan dengan menghadirkan seluruh kementerian dan lembaga yang terlibat. Stranas PK turut berperan aktif dan menjadi motor penggerak dalam aksi ini, sesuai dengan salah satu output dari aksi pencegahan korupsi ke-8 , yaitu penguatan tata kelola penerimaan negara bukan pajak pada komoditas mineral dan batubara yang masuk dalam fokus ke-2 (Keuangan Negara) sesuai diamanahkan Perpres 54 tahun 2018.

Perjalanan memasukkan nikel kedalam SIMBARA di tingkat pusat, mengingatkan kembali pada perjalanan tim Stranas PK di bumi penghasil nikel terbesar di negri ini. Sebuah perjalanan tugas yang menjadi salah satu dasar penyusunan keputusan penting terkait kebijakan pengelolaan nikel. Sungguh sangat disayangkan, kesan pertama menginjakkan kaki di bumi penghasil nikel justru jauh dari kesan yang indah.

Lautan sampah disepanjang kanan dan kiri jalan, memperlambat perjalanan tim Stranas setelah menembus trans Sulawesi yang menghubungkan Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah. Tidak bisa dibayangkan kondisinya pasti sangat berdebu di siang hari. Tim yang melintas jalanan ini di malam hari bisa merasakan kumuh dan tak nyamannya suasana sepanjang jalan yang sesak. Jalan yang sempit namun dipenuhi dengan truk besar menambah keruwetan. Tak hanya itu, di beberapa sudut jalan , digunakan untuk tiang pancang penyangga bangunan yang sekilas seperti jembatan penyeberangan yang ternyata merupakan conveyer. Conveyer adalah perangkat dengan sistem mekanis yang berfungsi untuk mengangkut/memindahkan material kecil hingga besar dari satu tempat ke tempat lainnya. Sungguh aneh, karena conveyer berseliweran diatas jalan utama menambah keruwetan. Jauh dari kesan bersih dan rapi, padahal tempat ini merupakan Kawasan industri pertembangan nikel terbesar di Indonesia yang mempekerjakan lebih dari 30.000 tenaga kerja. Karena hari sudah malam, tim akan melanjutkan kunjungan esok harinya.

Kawasan industri nikel terbesar di Indonesia berada di Morowali Sulawesi Tengah, dikenal dengan Indonesia Morowali Industrial Park/IMIP. Tim Stranas memasukkan jadwal kunjungan ke IMIP untuk aksi reformasi tata kelola pelabuhan dan aksi Penguatan Penerimaan Negara Bukan Pajak /PNBP pada komoditas mineral dan batubara. Sebagai Kawasan penghasil nikel terbesar, IMIP memiliki beberapa pelabuhan untuk kepentingan sendiri atau yang dikenal dengan Tersus untuk mengangkut barang kelaur dan masuk Kawasan industry. Namun sebelum masuk ke dalam Kawasan IMIP , tim stranas mengadakan rapat koordinasi bersama seluruh stakeholder pelabuhan di wilayah kerja Morowali.

Rapat koordinasi dilaksanakan di kantor pelabuhan Morowali yang lebih dikenal dengan Bungku dengan menghadirkan seluruh stakeholder pelabuhan , pemerintah daerah, termasuk dari IMIP. Tenaga ahli Stranas, Febriyantoro, mengingatkan IMIP untuk segera masuk sistem mengingat terjadinya deviasi data nikel dari hulu ke hilir;”Kami minta IMIP untuk segera mempelajari SIMBARA. Sistem Informasi Mineral dan Batubara, masuk sistem dan masuk ke sistem LNSW dalam kaitannya dengan terminal khusus yang dimiliki IMIP”, tegas Febriyantoro.

Sementara dari kunjungan di Kawasan industri IMIP, tim Stranas mendapat beberapa temuan. Kunjungan pertama adalah menuju terminal khusus yang berada di Kawasan industry ini. Dari total 9 jeti, semua jeti ternyata tidak dipergunakan untuk kepentingan sendiri karena melayani 52 tenant. “Ijinnya harusnya terminal umum, bukan terminal khusus karena tidak hanya melayani kebutuhan sendiri. Tolong diluruskan lagi dan diurus perizinannya yang benar sesuai prosedur”, tegas Tenaga Ahli aksi pelabuhan sekaligus aksi Penerimaan Negara Bukan Pajak/PNBP Dari Sektor Minerba ini.

Bisa dibayangkan, Kawasan industry yang dianggap paling modern pun, seperti IMIP ternyata masih saja memiliki kebocoran disana sini. Padahal di wilayah kerja Morowali, tercatat 66 terminal khusus dan TUKS yang sebagian besar mengoperasikan bahan tambang. Guna penyelesaian temuan lapangan, tim Stranas PK telah mengadakan pertemuan lanjutan di Jakarta dengan pemilik TERSUS dan TUKS di Morowali. KUPP Morowali pun juga hadir di Jakarta difasilitasi oleh dirjen perhubungan laut guna membahas penyelesaian temuan di wilayah kerja Morowali.